BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Profesionalisme Guru
Profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para
anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus
mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan
sesuai dengan profesinya. ( Fachruddin Saudagar
dan Ali Idrus, 2009:96)
“Profesionalisme adalah
kondisi, arah, nilai, tujuan,
dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata
pencaharian seseorang. Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai,
tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan
pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian”(Kunandar, 2009:72).
“Profesionalisme” adalah sikap seorang profesional
yang menjunjung tinggi kemampuan profesinya, ia akan bekerja dan mengerjakan
sesuatu sesuai bidangnya.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. (Iskandar,
2009:9)
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa profesionalisme guru artinya seseorang yang bekerja dengan keahlian serta
kemahirannya dalam mejalankan profesi dan tanggung jawabnya sebagai seorang guru
(Suparlan,
2010:121). Ciri – ciri Profesionalisme antara lain:
1. Punya kepribadian dan tingkah laku yang baik
sehingga dapat dijadikan panutan oleh peserta didik. Seperti,
Guru harus memiliki disiplin yang tinggi, peduli terhadap keadaan anak
didiknya, bertanggung jawab atas tugasnya, dan membimbing siswa yang belum
paham terhadap materi yang disampaikan.
2. Memiliki
ilmu, keahlian, dan pengetahuan serta kemampuan dalam menganalisis
suatu masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat
dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan. Indikatornya mencangkup: Guru harus memahami materi
yang akan disampaikan, mampu menjelaskan pelajaran dengan baik, dalam
penyampaian materi harus sesuai standar kompetensi yang berlaku dan mampu
menyampaikan suatu materi dengan bahasa yang mudah dimengerti,
3. Memiliki
ketrampilan dan kreatifitas
yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam menggunakan peralatan
tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan
bidang tadi. Indikatornya mencangkup:
Mampu mengendalikan dan menguasai situasi dalam kelas, memiliki kedekatan dalam
hal diskusi dengan siswa dan memiliki kreatifitas dalam mengajar.
B.
Mata Pelajaran Matematika
Matematika pada awalnya, adalah ilmu hitung atau ilmu tentang perhitungan
angka-angka untuk menghitung berbagai benda ataupun yang lainnya. (Raodatul
Jannah, 2011:17). Matematika menurut Ruseffendi yang digunakan dalam penyelesaian
masalah bilangan, matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan,
hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional dalam bukunya (Heruman, 2010:5) adalah bahasa simbol, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Menurut James dalam
bukunya (Raodatul Jannah, 2011:26) matematika diartikan sebagai ilmu logika
mengenai bentuk, susunan, besaran, dankonsep-konsep yang berhubungan satu sama
lain dengan jumlah yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis
dan geometri. Pelajaran matematika sering sekali menjadi pelajaran yang sulit
dan menkutkan bagi peserta didik, karena pelajaran matematika menyajikan
beragam angka, simbol, rumus dan lain sebagainya yang membuat otak susah untuk
memahaminya. Ketika siswa sudah mempunyai keyakinan dalam hati dan pikiran
mereka bahwa matematika itu sulit, maka matematika akan benar-benar sulit. Akibatnya
mereka tidak hanya akan sulit dalam mempelajari matematika, tetapi akan membuat
harapan yang rendah terhadap hasil ujian mereka. Seorang guru atau orang tua
yang dari awal pengajarannya menyatakan kepada siswa atau anaknya kalau
matematika itu sulit, maka dibutuhkan minat untuk lebih mudah dalam memahami
pelajaran matematika.
Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut, maka matematika dapat dirtikan sebagai suatu
ilmu yang mempelajari bilangan, bangun, dan konsep-konsep yang berkenaan dengan
kebenarannya secara logika, menggunakan simbol-simbol yang umum serta aplikasi
dalam bidang lainnya.
C.
Minat Belajar
Minat adalah satu rasa lebih suka dan rasa keterikatan
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh atau kecenderungan
seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai
dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat. (Sugiyono, 2010:29)
Minat seorang peserta didik dapat diukur dengan
seberapa senang mereka terhadap pelajaran tersebut. Jika guru dapat menggunakan
metode mengajar yang tepat, efisien, dan efektif yakni dilakukan dengan keterampilan variasi
dalam menyampaikan materi di kelas,maka siswa akan lebih tertarik untuk fokus
terhadap pelajaran tersebut., dan minat sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajar peserta didik. Maka dari itu minat sangat diperlukan oleh peserta didik
untuk menyukai bidang studi matematika.
Prestasi belajar merupakan hasil yang
diperoleh siswa setelah melalui beberapa proses belajar untuk mengetahui
sesuatu yang belum diketahuinya, dan hanya dengan belajar maka ia akan dapat
mengetahui, mengerti, dan memahami sesuatu dengan baik. Prestasi belajar adalah
hasil yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu sebagai
hasil perbuatan belajar (Wuryani, 2009:15). Selain minat, banyak faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu berupa; kecerdasan, konsentrasi,
kesehatan jasmani, ambisi dan tekad, lingkungan, cara belajar, perlengkapan,
sifat-sifat negatif. (Thabrany, 2012:
36).
Menurut
Slameto (2010 :58) siswa yang
berminat dalam belajar mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Mempunyai kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang
sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
2.
Ada rasa suka dan senang pada
sesuatu yang diminati.
3.
Memperoleh suatu kebanggaan dan
kepuasan pada sesuatu yang diminati.
4.
Ada rasa keterikatan pada sesuatu
aktivitas-aktivitas yang diminati.
5.
Lebih menyukai suatu hal yang
menjadi minatnya daripada yang lainnya.
6.
Dimanifestasikan melalui partisipasi
pada aktivitas dan kegiatan.
Beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali
melalui proses belajar dikelas maupun dirumah yaitu:
1.
Keinginan dan Hasrat
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka
terhadap pelajaran matematika, maka ia
harus memiliki keinginan atau hasrat terus mempelajari ilmu yang berhubungan
dengan matematika. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk
mempelajari bidang tersebut. Indikator yang mencakup
keinginan dan hasrat yaitu Adanya kemauan untuk belajar dan memiliki persiapan
yang matang sebelum mengawali pelajaran.
2.
Perhatian dan Ketertarikan
Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong siswa
untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, atau bisa berupa
pengalaman efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.Indikatornya yaitu
Adanya perhatian terhadap pembelajaran dan memiliki rasa ingin tahu yang lebih
terhadap setiap materi pembelajaran.
3.
Kedisiplinan
Kedisiplinan yang tinggi juga menjadi
salah satu indikator minat belajar.. Seseorang
yang memiliki disiplin yang tinggi, pasti akan merasa rugi
jika melewatkan momen penting yang akan
didapatkannya. Indikator kedisiplinan yaitu Hadir tepat waktu dan rutin mengikuti kegiatan
pembelajaran, dan Selalu mengerjakan tugas yang diberikan.
4.
Kepuasan diri
Mempunyai rasa ingin memperoleh hasil yang
maksimal akan tindakan dalam mengikuti setiap materi pembelajaran. Siswa yang
menginginkan hal ini pasti akan mencari segala cara agar nyaman dalam belajar
dan hasil yang diperolehnya sesuai harapan. Indikatornya mencangkup Selalu
memposisikan diri untuk bias focus memperoleh materi dengan nyaman, Selalu
aktif mencari sumber referensi lain, Senang mengaplikasikan materi dalam
kehidupan nyata, dan Selalu aktif atau ambil peran dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat
disintesis bahwa minat belajar adalah pernyataan psikis yang membuat seseorang
berkeinginan memusatkan perhatian untuk mempelajari sesuatu guna mencapai
tujuan belajar. Oleh karena
itu seorang guru dalam menyampaikan pelajaran harus mampu membuat peserta didik
senang dalam belajar. Dengan
timbulnya minat yang besar maka besar juga usaha untuk mempelajari pelajaran
tersebut dan diharapkan siswa memperoleh hasil belajar yang maksimal.
D.
Hasil
Penelitian Terdahulu
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurjana (2007:
19) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Profesionalisme Guru terhadap
Minat Belajar Matematika Siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Muaro Jambi
menyimpulkan bahwa profesionalisme guru di Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Muaro
Jambi tergolong kategori Sedang. Minat belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Muaro Jambi tergolong kategori Sedang. Berdasarkan penelitian di lapangan dan perhitungan analisis data dengan
menggunakan rumus “r” korelasi product
moment dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
profesionalisme guru terhadap minat belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Muaro Jambi. Terdapat kesamaan skripsi milik Nurjana ini yaitu sama-sama meneliti
tentang Profesionalisme Guru dan Minat belajar siswa, selain itu sampel penelitiannya
juga dari tingkat SMA, dan sama-sama menggunakan uji r korelasi. Untuk perbedaannya yaitu skripsi ini menjelaskan tentang pengaruh
sedangkan saya lebih kehubungannya saja, dan perbedaanya lagi sampelnya berasal
dari Kota yang berbeda otomatis sekolahnya juga berbeda.
Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Henri Budiyanti
(2012) dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan Gaya Mengajar Guru Terhadap Motivasi
Belajar Matematika pada Siswa Madrasah ‘Alliyah Ma’arif Pulutan Salatiga” dapat
disimpulkan bahwa Gaya mengajar guru di
MA Ma’arif Pulutan tergolong cukup (sedang). Motivasi belajar matematika pada
siswa MA
Ma’arif pulutan juga tergolong cukup (sedang). Terdapat
hubungan antara gaya mengajar guru terhadap motivasi belajar matematika
pada siswa MA Ma’arif Pulutan Salatiga. Untuk penelitian milik Henry Budiyanti terdapat kesamaan dengan skripsi
saya yaitu pada sampelnya sama-sama tingkat sekolah menengah atas dan juga
sama-sama membahas tentang pengaruh guru terhadap siswa. Untuk perbedaannya
yaitu lokasi penelitian dari kota dan sekolah yang bebeda. Selain itu skripsi
saya meneliti tentang hubungan profesionalisme guru terhadap minat belajar siswa, sedangkan Henri
Budiyanti meneliti tentang gaya mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mariyati (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan Antara Profesionalisme guru
terhadap motivasi Belajar Matematika Siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Merangin” dapat disimpulkan bahwa profesionalisme
guru di sekolah Menengah Atas Negeri 10 Merangin tergolong kategori tinggi. Minat belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 10
Merangin tergolong kategori sedang. Terdapat pengaruh yang signifikan antara
profesionalisme guru terhadap motivasi belajar
siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 10
Merangin. Untuk penelitian milik Mariyati ini sama-sama
membahas tentang hubungan profesionalisme guru, sampelnya juga berasal dari
sekolah menengah atas. Untuk perbedaanya yaitu mengenai lokasi sampel dan asal
penulis, serta yang diteliti adalah apakah ada pengaruh motivasi belajarnya.
E. Kerangka Berpikir
Keberhasilan untuk meningkatkan mutu lulusan dapat
dilihat dari hasil belajar siswa yang merupakan hasil dari proses belajar siswa
yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu diantaranya faktor yang paling
pokok yaitu minat belajar. Minat menjadi
motor penggerak untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan, tanpa adanya minat
belajar, tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Minat belajar tumbuh karena
adanyaketertarikan siswa terhadap pelajaran dan membangkitkan semangat belajar
mereka, ketertarikan ini biasanya sejalan dengan nuansa pembelajaran yang
menyenangkan.
Suasana lingkungan
belajar sering dipersepsikan sebagai suatu lingkungan yang menyiksa,
membosankan, kurang merangsang, dan berlangsung secara monoton sehingga
anak-anak belajar secara terpaksa dan kurang bergairah (Kunandar, 2009:57). Guru merupakan faktor utama dalam fenomena ini, metode serta gaya mengajar gurulah yang menentukan apakah
proses pembelajaran yang berlangsung akan menyenangkan atau malah membosankan.
Guru yang terampil dan mempunyai kreativitas tinggi akan membuat pelajaran
menjadi lebih menarik sehingga pembelajaran terasa menyenangkan bagi siswa,
Oleh karena itu peran guru sangat penting. Guru yang mempunyai jiwa kreatif dan
produktif serta mempunyai etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap
profesinya adalah salah satu ciri guru profesional.
F.
Hipotesis
Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2011: 64). Bentuk-bentuk hipotesis penelitian
sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat
eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu: rumusan
masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan) dan assosiatif
(hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga
yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan assosiatif/hubungan (Sugiyono,
2011: 66).
Berdasarkan hal tersebut, maka bentuk hipotesis dalam penelitian
ini adalah hipotesis assosiatif atau hubungan, dengan rumusan hipotesisnya
sebagai berikut:
Ha: Terdapat
hubungan antara profesionalisme guru terhadap minat belajar siswa kelas XI pada bidang
studi matematika di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Kediri.
H0: Tidak ada hubungan antara profesionalisme guru terhadap minat belajar siswa kelas XI pada bidang
studi matematika di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Kediri.
0 komentar:
Posting Komentar